-->

Sejarah Kalender

Kalender
Bilangan Julian 
Kalender Julian di perkenalkan oleh Julius Caesar 45 tahun sebelum Masehi. Merupakan tahun surya dengan jumlah hari tetap setiap bulannya, dan disisipi satu hari tiap 4 tahun untuk penyesuaian panjang tahun tropis. Kalender ini digunakan secara resmi di seluruh Eropa, sampai kemudian diterapkannya reformasi dengan Kalender Gregorian pada tahun 1582.

Era sebelum 45 SM, dinamakan era bingung, karena Julius Caesar menyisipkan 90 hari ke dalam kalender tradisional Romawi, untuk lebih mendekati ketepatan pergantian musim. Penyisipan ini sedemikian cerobohnya sehingga bulan-bulan dalam kalender itu tidak lagi tepat dengan perhitungan candra (purnama tilem), walaupun sebenarnya dasar dari kalender Romawi adalah luni-solar. Akhirnya dengan nasehat Sosigenes, seorang astronom dari Alexandria, Caesar menetapkan kalendernya menjadi 12 bulan, masing-masing dengan jumlah hari tertentu seperti sekarang, dengan penetapan tahun kabisat setiap 4 tahun, dengan keyakinan bahwa panjang 1 tahun surya adalah 365.25 hari saat itu.

Sejak meninggalnya Caesar, penerapan tahun kabisat salah terap. Kabisat diberlakukan tiap menginjak tahun ke 4, jadi 3 tahun sekali. Keadaan ini konon dibetulkan kemudian oleh Kaisar Agustus, dengan meniadakan semua kabisat dari tahun 8 SM sampai tahun 4 Masehi. Setelah itu kalender Julian berfungsi dengan jauh lebih baik.

Caesar mendefinisikan 1 Januari sebagai awal tahun baru, meskipun demikian banyak yang menetapkan selain itu. Yang paling populer di antaranya adalah 1 Maret, 25 Maret dan 25 Desember.

Penetapan hari pertama tiap bulan juga berkembang. Secara Kalends, yaitu mulai hari pertama bulan baru (di Bali penanggal), Nones yaitu mulai pada pertengahan bulan (Purnama), atau Ides yaitu 8 hari setelah purnama (panglong 8). Sejalan perkembangan waktu, Kalends lebih banyak diikuti, dari sinilah mungkin istilah kalender berasal.

Demikian menurut Cappelli (1930), Grotefend & Grotefend (1941), dan Cheney (1945)  

Kalender gregorian (masehi)
Kalender Gregorian atau kalender Masehi, sudah menjadi standard penghitungan hari internasional. Pada mulanya kalender ini dipakai untuk menentukan jadual kebaktian gereja-gereja Katolik dan Protestan. Kalender Gregorian adalah kalender murni surya yang bertemu siklusnya pada tiap 400 tahun (146097 hari) sekali. Satu tahun normal panjangnya 365 hari, tiap bilangan tahun yang habis dibagi 4 tahunnya memanjang menjadi 366 hari, namun tidak berlaku untuk kelipatan 100 tahun dan berlaku kembali tiap kelipatan 400 tahun. Sebagai contohnya tahun 2000 adalah tahun panjang (kabisat, leap year) sedangkan tahun 1900 tahun normal.

Kalau kita bagi 146097 hari dengan 400, didapatkan angka 365.2425, hampir mendekati daur waktu surya yaitu 365.2421896698 - 0.00000615359 T - 7.29E-10 T^2 + 2.64E-10 T^3 hari. Dengan demikian koreksi pengurangan akan terkumpul menjadi 1 hari setelah sekitar 2500 tahun sekali. Usulan mengenai kapan dilakukannya koreksi itu sudah sering dihembuskan, namun belum di-institusikan.

Kalender Gregorian adalah pembaruan dari kalender Julian. Dalam 16 abad pemakaian kalender Julian, titik balik surya sudah bergeser maju sekitar 10 hari dari yang biasanya ditengarai dengan tanggal 21 Maret tiap tahun. Hal ini membuat kacaunya penentuan hari raya Paskah yang bergantung kepada daur candra dan daur surya di titik balik tersebut. Dikawatirkan Paskah akan semakin bergeser tidak lagi jatuh di musim semi untuk belahan bumi utara, serta semakin menjauhi peringatan hari pembebasan jaman Nabi Musa (penyeberangan laut merah).

Pemikiran tentang koreksi ini sebenarnya telah mulai dipergunjingkan dengan keluarnya tabel-tabel koreksi oleh gereja sejak jaman Paus Pius V pada tahun 1572. Dekrit rekomendasi baru dikeluarkan oleh penggantinya, yaitu Paus Gregorius XIII, dan disahkanlah pada tanggal 24 februari 1582. Isinya antara lain tentang koreksi daur tahun kabisat dan pengurangan 10 hari dari kalender Julian. Dengan demikian, tanggal 4 Oktober 1582 Julian, esoknya adalah tanggal 15 oktober 1582 Gregorian. Tangal 5 hingga 14 Oktober 1582 tidak pernah ada dalam sejarah kalender ini. Sejak saat itu, titik balik surya bisa kembali ditandai dengan tanggal 21 Maret tiap tahun, dan tabel bulan purnama yang baru disahkan untuk menentukan perayaan Paskah di seluruh dunia.

Pada mulanya kaum protestant tidak menyetujui reformasi Gregorian ini, baru pada abad berikutnya kalender itu diikuti. Dalam tubuh Katolik sendiri, kalangan gereja ortodox juga bersikeras untuk tetap mengikuti kalender Julian, namun pemerintahan demi pemerintahan mulai mengakui dan akhirnya pemakaiannya semakin meluas seperti yang kita lihat sekarang. 

Kalender islam (hijryah)
Kalender Islam adalah kalender candra (lunar) yang observatif. Daurnya meliputi 12 bulan candra yang bertemu (nemu-gelang) dalam 30 tahunan.

Sebagai perhitungan hari suci Islam, sasih (bulan candra) Islam diawali dari mulai nampaknya busur cahaya setelah bulan padam. Sebagai perhitungan keseharian Islam, dipakai kalender perkiraan seperti yang tampil dalam kelir ini. Oleh karena itu, penanggalan hari suci dibedakan dengan penanggalan sehari-hari yang berupa kalender perkiraan. Penanggalan religius adalah kalender yang sah karena selalu dicocokkan dengan observasi astronomis, karena itu disebut penanggalan astronomik.

Satu minggu Islam adalah 7 hari yang dimulai dari terbenamnya surya pada hari Jumat. Hari Jumat dimulai dari Kamis sore, adalah hari untuk bersembahyang. Tarikh kalender Islam dinamakan tarikh Hijryah (A. H. = Anno Higerae), untuk memperingati migrasi Nabi Muhamad dan pengikutnya dari Mekah ke Medinah, yang dipercaya sebagai hari Jumat Umanis 19 Juli tahun 622 Perhitungan Gregorian Mundur, atau hari Kamis 15 Juli 622 Tarikh Julian.

Tahun Islam panjangnya 354 hari, atau 355 hari pada tahun kabisat. Dalam daur 30 tahunan ada 11 tahun kabisat, yaitu pada tahun-tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26, dan 29.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar