-->

Mengenang zaman Soeharto

Refleksi 1000 hari Wafatnya Soeharto, Soeharto Tak Pernah Salah di Mata Rakyat Kecil. sering obrolan kecil di warung warung muncul hal seperti ini, ketika mencari kebutuhan perut semakin sulit mereka ingat zaman dulu. Mantan Presiden Soeharto banyak menuai kecaman karena membungkam demokrasi dan dituduh melakukan berbagai pelanggaran HAM. Namun di mata rakyat kecil, Soeharto tetap pemimpin yang dapat menghadirkan kesejahteraan di Tanah Air.

“Di mata rakyat kecil, Soeharto tidak pernah salah,” ujar sosiolog UI Musni Umar kepada detikcom, Jumat (22/10/2010). Namun di mata masyarakat kelas menengah yang menginginkan demokrasi dan kebebasan berpolitik, Soeharto jelas bersalah. Masyarakat kelas menengah memegang percaturan politik, sementara masyarakat kecil asal kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi, sudah merasa cukup.

“Kalau di desa-desa kan sosok Pak Harto begitu dikagumi,” terang Musni. Dia menjelaskan saat ini, masyarakat Indonesia banyak yang merindukan suasana seperti zaman Soeharto, di mana harga murah dan kesejahteraan lebih terjamin. Para pemimpin di era reformasi pun diminta menjadikan hal ini sebagai tantangan. Kondisi ekonomi di era reformasi harus lebih baik dari zaman Orde Baru.

“Ini pelajaran harus bekerja lebih keras lagi untuk mewujudkan kemakmuran, tetapi dalam keterbukaan demokrasi,” jelasnya. (rdf/vit)

Perayaan 1.000 hari meninggalnya mantan Presiden Soeharto di Solo dan Jakarta, disesaki oleh ribuan masyarakat. Apakah hal ini merupakan kerinduan rakyat terhadap kebangkitan keluarga Cendana? “Bukan pada sosok Soeharto atau anak-anaknya. Tetapi pada values atau nilai-nilai kepemimpinan pada zaman Soeharto,” ujar pengamat politik Charta Politika, Yunarto Wijaya kepada detikcom, Kamis (22/10/2010).

Yunarto menjelaskan nilai-nilai seperti harga pangan yang murah, tercukupinya kebutuhan pokok, serta pertumbuhan ekonomi saat zaman Soeharto membuat sebagian masyarakat membandingkan dengan kondisi saat ini. Di mana usai reformasi, malah konflik yang sering terjadi. “Harus diakui, pemerintahan Soeharto ada juga kebaikannya,” terang dia.

Lulusan Magister Management UI ini menambahkan kerinduan masyarakat akan nilai-nilai kepemimpinan era Soeharto ini yang harus dipenuhi oleh elit-elit politik. Bukan menampilkan sosok Soeharto dalam iklan-iklannya, atau menggandeng anak-anak Soeharto dalam iklan. “Jadi bukan gen Soeharto yang diinginkan masyarakat. Salah itu,” terang dia.

Jika masyarakat memang menginginkan klan Soeharto kembali, maka Tutut dan Tommy yang pernah terjun ke politik, tidak akan kalah. Namun faktanya, anak-anak Soeharto ini tidak mendapat suara yang kuat dalam politik. Hal ini yang menunjukkan secara politik, bukan keluarga Cendana yang diminati masyarakat. “Nilai. Itu yang dirindukan masyarakat,” tegas dia. (rdf/lia)


Puncak peringatan seribu hari wafatnya mantan Presiden Soeharto digelar hari ini, Jumat (22/10/2010) pagi di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah. Beberapa jam sebelum acara berlangsung, tamu undangan mulai memadati areal makam. Keluarga dan kerabat juga mulai berdatangan.

Panitia menyebar 1.500 undangan untuk acara pagi ini. Hingga saat ini ratusan orang
telah datang dan duduk di selasar cungkup (rumah bangunan makam). Selain itu ratusan orang lainnya juga duduk di kursi-kursi di bawah naungan tenda yang telah disediakan panitia di depan kompleks makam.

Sedangkan hingga saat ini Cungkup Argosari, areal utama makam, masih dibiarkan kosong. Di lokasi tersebut terdapat makam Pak Harto, Ibu Tien, kedua orangtua Tien dan seorang kakak kandung Bu Tien. Sementara itu di areal depan pintu utama menuju cungkup utama tersebut, saat ini puluhan orang melantunkan shalawatan dengan suara lamat-lamat.

Rencananya, acara akan dimulai pukul 09.00 WIB dengan pembacaan Surat Yassin serta dzikir dan tahlil. Baru pada sekitar pukul 10.00 WIB prosesi utama berupa pemasangan maejan (mahkota nisan) akan dilakukan oleh keluarga. Dari keluarga Cendana, hingga saat ini baru Tommy dan Mamiek yang telah tiba di lokasi Astana Giribangun. Sedangkan putra-putri lainnya masih dalam perjalanan. Keluarga lain yang juga datang adalah Adik tiri Soeharto, Probosutedjo.

Sejumlah pejabat lokal juga sudah tampak hadir, di antaranya Wakapolda Jateng, Bupati Karanganyar, Wakil Bupati Karanganyar, Bupati Wonogiri, Kapolres Karanganyar, dan lain-lainnya. (mbr/vit)

sumber :http://unik13.info/2010/10/refleksi-rakyat-rindu-zaman-soeharto-soeharto-tidak-pernah-salah-dimata-rakyat-kecil/

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar