-->

Hal yang menurut orang tua baik dilakukan pada anak tapi malah menghancurkan kehidupan mereka

Tampaknya hampir tidak mungkin untuk membesarkan anak normal hari ini,
ada banyaknya video game kekerasan dan situs-situs dewasa.
Tetapi jika penelitian terbaru ini dapat dipercaya, maka hal yang baik kita pikir kita lakukan untuk anak-anak kita adalah hal yang malah menghancurkan mereka.
Ya, karena ternyata hal yang kita lakukan untuk anak-anak kita setiap hari bisa lebih buruk daripada bila kita melihat Joker menembak orang tua mereka di depan mata kepala mereka.

Giving Your Kids a Creative Name
(Memberikan Nama Anak yang Kreatif)

Anda Pikir Bahwa...
Anda ingin anak anda menjadi orang yang spesial.
Banyak nama standar (dipakai banyak orang) tapi tidak menjadi pribadi hebat dikarenakan nama mereka yang standar banget,
maka anda memutuskan nama yang spesial.
Tapi Kenyataannya Adalah...
Anda baru saja mengirim darah daging anda langsung ke tengah-tengah para pemerkosa-pemerkosa yang berbadan besar-besar di kamar mandi penjara.
Menurut sebuah studi di Universitas Shippensburg, anak-anak yang tumbuh dengan biasa,
namun dengan nama-nama yang standar memiliki kesempatan tinggi untuk menjadi warga negara yang patuh hukum,
sementara semua yang namanya "luar biasa" (spesial)
akan mulai memutuskan untuk melakukan tindak pidana pertama apa yang mereka ingin lakukan.

Studi ini daftar nama-nama top 10 anak nakal di Amerika sebagai:
Alec, Ernest, Garland, Ivan, Kareem, Luke, Malcolm, Preston, Tyrell dan Walter,
yang kita harus tunjukan adalah bukan nama dari setiap pembunuh berantai atau pembunuh presiden yang pernah ada,
tapi kita mengasumsikan penelitian miring yang menuju ke arah tertentu tersebut.


Teaching Them To Be Themselves
(Mengajari Mereka Jadi Diri Mereka Sendiri)

Anda Pikir Bahwa...
Tekanan mental dari teman adalah hal-hal yang membuat anak-anak Anda menjadi perokok,
suka ber-narkoba-ria dan membaca banyak majalah porno pada saat mereka sekolah.
Sekolah khusus PSA (Public Schools Association) mengajar kita bahwa,
kita harus mengajari anak-anak kita untuk menjadi diri mereka sendiri dan jangan pernah memberikan perhatian dari apa yang "teman" mereka berpikir tentang diri mereka.

Tapi Kenyataannya Adalah...
Ingatlah bahwa anak yang berbadan bau di sekolah,
yang tidak pernah berkeramas,
malah yang akan tidak punya teman ya kan?
Itu anak Anda, tanpa tekanan teman-teman sebayanya.

Sebuah studi yang dilakukan di University of Virginia menunjukkan bahwa
anak-anak yang terkena tekanan sekitar usia 12 dan 13 tahun ternyata
akan lebih baik daripada yang tidak.
Mereka lebih mengerti kebutuhan untuk berakomodasi dan membuat kompromisasi ketika dihadapkan dengan tekanan-tekanan sosial di masyarakat,
daripada sikap sebaliknya seperti "Aku akan pulang ke rumah aja, masa bodo dengan hal itu.." yang mereka miliki dan adopsi tersebut.

Anak-anak yang diajarkan untuk menjadi diri mereka sendiri tidak peduli apa pun yang terjadi,
mereka sebenarnya ternyata menjadi pribadi yang kurang terlibat,
pemberontak kehidupan sosial dan dari segi statistik mereka kurang cerdas.
IPK mereka jatuh seluruhnya.

Mungkin akan lebih penting jika,
ketika Anda benar-benar peduli tentang bagaimana orang melihat Anda,
mengembangkan keterampilan membaca perubahan kondisi emosi orang lain,
akhirnya mengarah ke rasa empati tinggi.
Dalam usia sosial Internet sekarang,
ternyata tekanan teman sebaya pada waktu yang tepat pada dasarnya dapat memberikan kekuatan super.


Making Them Play Sports
(Membuat Mereka Berolahraga)

Anda Pikir Bahwa...
Tak seorang pun ingin anak mereka tumbuh menjadi seorang kutu buku yang tanpa memiliki teman kencan,
sehingga segera setelah otot - otot dan tulang mereka mengeras,
segera Anda menyuruh latihan sepak bola, basket, rugby dll.
Lalu, pria kriminil dan yang suka memukul perempuan saat istirahat di kelas empat
akan mengajari anak-anak Anda pelajaran hidup yang penting tentang fair play dan sportivitas,
yang secara alami akan mengubah mereka menjadi jujur, orang dewasa yang bekerja keras.

Tapi Kenyataannya Adalah...
Menurut penelitian, atlet adalah beberapa dari anak-anak yang paling tidak jujur di sekolah,
dengan pemain sepak bola terburuk dalam tindak kekerasan
dengan lebih dari 72 persen mengakui untuk melakukan berbagai tipuan selama pemeriksaan kesehatan.
dari mana sikap ini berasal?
Studi ini menunjukkan mungkin berasal dari para pelatih.

Jujur saja deh,
Anda tidak menyuruh anak Anda berlatih supaya ia mempunyai teman.
Tapi Anda ingin pamer bahwa anak Anda memiliki penghargaan piala bergengsi,
sehingga pelatih mereka tidak mengajari anak-anak cara tendang yang benar,
tapi cara pura-pura cedera yang benar dan
melakukan hal-hal yang memalukan dan
melakukan tindak kekerasan fisik untuk tim lawan-lawan mereka,
karena tidak ada hal-hal lain lebih penting selain dari pada kemenangan, ya kan?


Starting Them In School Early
(Memulai Study di Waktu Terlalu Cepat)

Anda Pikir Bahwa...
"Pendidikan diterapkan sedini mungkin.. "
Orangtua Anda dahulu mungkin menunggu sampai Anda berusia tujuh tahun
sebelum mengirim Anda ke sekolah dan ternyata
hasilnya mereka melihat bagaimana menyedihkan pribadi Anda.
Anda akan merasa terkutuk bila anak Anda menderita nasib yang sama.
Apakah enam bulan terlalu dini untuk mulai bersekolah?
Ayo, hal apa yang lebih buruk yang bisa terjadi?

Tapi Kenyataannya Adalah...
Kami harap anda tidak memiliki rencana untuk merombak ruang bawah tanah Anda,
karena anak Anda akan tinggal di sana untuk waktu yang sangat lama.
Mengapa ?
Sebuah studi oleh Yayasan Pendidikan Nasional untuk Penelitian di Inggris telah menyimpulkan bahwa
anak-anak yang mulai bersekolah sebelum usia enam tahun akan lebih mungkin untuk drop out dari fasilitas pendidikan tinggi,
perokok dan pemain gitar yang buruk.

Para peneliti mengatakan bahwa mengirim anak ke sekolah sebelum mereka telah mengembangkan keterampilan dasar
bahkan anak dari enam tahun bisa menyebabkan mereka menderita serangan kecemasan psikis
dan tersengat isu-isu rendah diri,
memberikan mereka sikap buruk tentang "pergi ke sekolah"
yang mengikuti mereka sepanjang masa hidup pendidikan mereka.

Hal ini memperkenalkan anak-anak pada kekecewaan,
keputus asaan yang pahit dan menyiapkan jiwa mereka untuk
menghancurkan fasilitas dan tempat kerja kantor mereka di masa mendatang,
tapi memang hal yang sungguh ironis terjadi,
justru tempat-tempat kerja ingin setidaknya mereka memiliki ijazah sekolah yang tinggi.




sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5766222

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar